Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Keberhasilan Pemberian Kolostrum Dalam Dalam Rawat Gabung
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menghadapi persaingan era globalisasi sekarang ini, pemerintah berusaha mencanangkan program untuk meningkatkan jumlah sumber daya manusia yang berkualitas sejak beberapa periode pembangunan. Pemerintah telah berupaya meningkatkan kualitas sumber daya agar lebih maju dan mandiri. Pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas tersebut dimulai sejak masih dalam kandungan (berupa janin) yaitu pemantauan pada masa kehamilan sampai dengan usia lanjut (Krisnatuti dan Yenrina, 2001).
Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dimulai sedini mungkin yaitu sejak dini yaitu sejak masih bayi, salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI). Pemberian ASI semaksimal mungkin merupakan kegiatan penting dalam pemeliharaan anak dan persiapan generasi penerus di masa depan (Siregar, 2004).
Pemberian ASI yang pertama kali keluar setelah melahirkan atau dikenal dengan kolostrum, kaya akan anti bodi dan substansi antiintoksi lainya setelah persalinan melindungi bayi dari infeksi dan juga mengandung faktor pertumbuhan seperti faktor efidermal, faktor ini melapisi bagian dalam sekitar pernapasan dan mencegah penyakit memasuki saluran pencernaan (Ramaiah, 2006).
Keberhasilan pemberian kolostrum perlu dilakukan suatu upaya pelayanan kesehatan yaitu salah satunya dengan rooming in (rawat gabung). Rawat gabung untuk ibu dan anak merupakan cara yang akhir-akhir ini digalakan kembali oleh karena sudah diketahui keuntungan yang akan diperoleh, terutama dalam rangka meningkatkan peranan ASI yang pertama bagi bayi. Pengenalan rawat gabung ini sebaiknya sudah dimulai pada saat perawatan antenatal di poliklinik. Disadari perlunya kerjasama yang baik antara bagian kebidanan dan bagian Ilmu Kesehatan Anak untuk pengaturannya (Soetjiningsih, 1997).
Rawat gabung merupakan satu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan dalam sebuah ruangan, kamar atau tempat bersama-sama selama 24 jam penuh dalam seharinya. Istilah rawat gabung parsial yang dulu banyak dianut, yaitu rawat gabung hanya dalam beberapa jam seharinya, misalnya hanya siang hari saja sementara pada malam hari bayi dirawat di kamar bayi, sekarang tidak dibenarkan dan tidak dipakai lagi (Zikra, 2008).
Kolostrum pada hari pertama sampai hari keempat merupakan cairan emas yang istimewa, kaya akan zat nutrisi dan antibodi 10-17 kali lebih banyak dari ASI biasa atau matur (Maryunani, 2009).
Ani Yudhoyono (2007) menyatakan bahwa dengan pemberian ASI dalam satu jam pertama, maka bayi akan mendapatkan zat-zat gizi yang penting dan terhindar dari berbagai penyakit berbahaya pada masa yang paling rentan dalam kehidupannya.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) 1998 menyatakan bahwa proporsi anak yang diberi ASI pada hari pertama yang kelahirannya ditolong oleh dokter dan bidan sebesar 53% tidak ada perbedaan antara yang lahir di rumah atau difasilitas kesehatan. Bayi yang mulai menetek 1 jam setelah lahir 7,5% di perkotaan dan 8,6% di pedesaan. Dibandingkan dengan negara-negara di Asia angka ini jauh dibawah Kyrgyztan (53%) dan Philipina (42%) (Sofyan, 2006).
BPS (1998) juga menyatakan bahwa ASI yang disusui 1 hari setelah lahir 50,2% di perkotaan dan 53,5% di pedesaan. Lama pemberian ASI eksklusif 1,7 bulan jauh dari target yang ditetapkan 4-6 bulan. Konsumsi Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) secara dini cukup besar, yaitu 35% pada bayi usia < dari 2 bulan dan 37% pada bayi berusia 2-3 bulan. (Sofyan, 2006).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan ............ Tahun 2008 jumlah bayi yang diberi ASI Eksklusif sebesar 6,419 bayi (33,06%) (Dinas Kesehatan ............ Tahun 2008). Kurangnya informasi tentang kolostrum menyebabkan ibu-ibu percaya kepada mitos-mitos bahwa ASI yang keluar pertama kali itu kotor, hal ini meyebabkan adanya kebiasaan dikalangan ibu untuk membuang kolostrum (ASI yang pertama kali keluar) (Roesli, 2000).
Proses menyusui memerlukan pengetahuan dan latihan yang tepat, supaya proses menyusui dapat berjalan dengan baik, namun sering kali proses menyusui dilakukan tidak tepat (Roesli, 2001). Apabila hal ini terjadi pada ibu postpartum maka ASI yang pertama atau kolostrum tidak akan bisa diberikan pada sang bayi.
Menurut Mappiwali (2009) faktor ibu yang dapat mempengaruhi keberhasilan pemberian kolostrum dalam rawat gabung sehingga ibu tidak memberikan kolostrum pada bayi baru lahir diantaranya pengetahuan, umur, paritas dan bimbingan nakes.
Berdasarkan data dari RSUD ............ pada tahun 2009 terdapat jumlah 1.132 ibu yang melahirkan. Dari jumlah tersebut yang memberikan inisiasi menyusui dini sebesar 20%.
Hasil study yang telah dilakukan penulis di RSUD ............ dari 15 ibu postpartum diperoleh bahwa masih terdapat kendala bagi ibu postpartum dalam memberikan ASI pertama (kolostrum) dikarenakan kondisi ibu itu sendiri seperti kelelahan sebesar 10 (66,67%) ibu, malas memberikan dan ASInya belum keluar sebesar 3 (20%) ibu, juga dari bayi yaitu isapanya belum ada 2 (13,33%) ibu.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan pemberian kolostrum dalam dalam rawat gabung di RSUD ............ Tahun 2010.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas maka pernyataan rumusan masalahnya adalah sebagai berikut : “Belum diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan pemberian kolostrum dalam rawat gabung di RSUD ............ Tahun 2010”.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan pemberian kolostrum dalam rawat gabung di RSUD ............ Tahun 2010.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Diketahuinya gambaran keberhasilan pemberian kolostrum dalam rawat gabung di RSUD ............ Tahun 2010.
1.3.2.2 Diketahuinya gambaran keberhasilan pemberian kolostrum dalam rawat gabung berdasarkan pengetahuan, umur, paritas dan bimbingan nakes.
1.3.2.3 Diketahuinya hubungan pengetahuan dengan keberhasilan pemberian kolostrum dalam rawat gabung di RSUD ............ Tahun 2010.
1.3.2.4 Diketahuinya hubungan umur dengan keberhasilan pemberian kolostrum dalam rawat gabung di RSUD ............ Tahun 2010.
1.3.2.5 Diketahuinya hubungan paritas dengan keberhasilan pemberian kolostrum dalam rawat gabung di RSUD ............ Tahun 2010.
1.3.2.6 Diketahuinya hubungan bimbingan nakes dengan keberhasilan pemberian kolostrum dalam rawat gabung di RSUD ............ Tahun 2009.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan
Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat sebagai referensi di perpustakaan yang ada di institusi pendidikan dalam rangka menambah ilmu kebidanan khususnya tentang pemberian kolostrum dalam rawat gabung pada ibu postpartum sehingga dapat berguna bagi mahasiswa kebidanan dan juga bagi para pembaca pada umumnya.
1.4.2 Bagi Rumah Sakit
Dapat memperoleh gambaran secara objektif bagi intansi kesehatan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan pemberian kolostrum dalam rawat gabung pada ibu pospartum sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk tindak lanjut bagi pihak rumah sakit dalam mengevaluasi pemberian kolostrum dalam rawat gabung pada ibu postpartum.
1.4.3 Bagi Peneliti
Sebagai aplikasi ilmu yang didapat dalam pendidikan dengan kondisi nyata di lapangan. Untuk menambah wawasan pola pikir, pengalaman dengan meningkatkan pengetahuan tentang keberhasilan pemberian kolostrum dalam rawat gabung pada ibu postpartum. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan kajian untuk penelitian yang akan datang dengan metoda yang berbeda sehingga dapat menghasilan kesimpulan yang lebih akurat.
1.5 Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan pemberian kolostrum dalam rawat gabung di RSUD ............ Tahun 2010. Namun sehubungan dengan keterbatasan penelitian, maka faktor yang diteliti hanya pengetahuan, umur, paritas dan bimbingan nakes. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dengan cara melakukan wawancara dan kuesioner. Metode penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional.
Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.166
untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Post a Comment