Pengaruh Pemberian Konseling Ibu Hamil Tentang Proses Persalinan Terhadap Kecemasan Ibu Menghadapi Persalinan
Konseling adalah proses pemberian informasi obyektif dan lengkap yang dilakukan secara sistematik dengan paduan keterampilan komunikasi interpersonal, teknik, bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang dihadapi dan menentukan jalan keluar atau upaya untuk mengatasi masalah tersebut. (Buku Acuan Nasional Pelayanan Maternal Dan Neonatal, 2002:39)
Serangkaian kegiatan paling pokok bimbingan dalam usaha memberi konseling/klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan/masalah khusus (Andi Mapiere,1994)
2.1.2 Tujuan Konseling
2.1.2.1. Membantu penderita untuk memahami peristiwa kehamilan, persalinan, nifas dan resiko yang mungkin dihadapi sehingga dapat dilakukan upaya preventif terhadap hal-hal yang tidak diinginkan
2.1.2.2. Membantu penderita dan keluarganya menentukan asuhan kehamilan, pertolongan persalinan yang bersih dan aman atau tindakan klinik yang mungkin diperlukan.
2.1.2.3. Membantu klien untuk mengenali gejala/tanda-tanda tentang akan terjadinya suatu resiko reproduksi dan fasilitas pelayanan kesehatan yang sesuai/mampu untuk menanggulangi berbagai resiko/komplikasi yang terjadi.
2.1.3 Ciri Konselor Yang Efektif
Kemampuan untuk melaksanakan komunikasi positif secara efektif merupakan syarat bagi seorang konselor. Ciri konselor yang efektif adalah :
2.1.3.1. Mampu menciptakan suasana nyaman dan aman bagi klien.
2.1.3.2. Menimbulkan rasa saling percaya diantara klien dan konselor.
2.1.3.3. Mampu mengenali hambatan sosio kultural setempat.
2.1.3.4. Mampu menyampaikan informasi obyektif, lengkap dan jelas (bahasa yang mudah dimengerti).
2.1.3.5. Mau mendengar aktif dan bertanya secara efektif dan sopan.
2.1.3.6. Memahami dan mampu menjelaskan berbagai aspek kesehatan reproduksi.
2.1.3.7. Mampu mengenali keinginan klien dan keterbatasan penolong.
2.1.3.8. Membuat klien bertanya, berbicara dan mengeluarkan pendapat.
2.1.3.9. Menghormati hak klien, membantu dan memperhatikan.
2.1.4 Pengertian Komunikasi.
Adalah suatu proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku secara keseluruhan baik secara langsung dengan lisan maupun tidak langsung melalui media ( Harwani, 2002 : 6).
Dari aspek pengungkapan dan pertukaran informasi, komunikasi digolongkan menjadi 2 bentuk, yaitu :
2.1.4.1. Komunikasi Verbal
a. Pertukaran informasi terjadi secara interaktif mendengarkan lawan bicara atau sebaliknya.
b. Kontak mata sangat membantu kelancaran komunikasi.
c. Pengamatan bahasa dan gaya bicara.
d. Berlangsung dua arah atau timbal balik.
e. Pemahaman dan penyerapan informasi berlangsung relatif cepat dan baik.
2.1.4.2. Komunikasi Non-Verbal
a. Melalui observasi dari gerak-gerik, ekspresi gerak tubuh dan isyarat.
b. Sulit untuk menyelami maksud dan perasaan klien
c. Sering terjadi salah persepsi.
d. Konselor lebih banyak mengambil inisiatif.
e. Komunikasi terganggu apabila kedua belah pihak tidak mengupayakan komunikasi verbal.
Walaupun petugas pelayanan kesehatan (konselor) belum mengikuti pelatihan keterampilan konseling, bukan berarti proses ini tidak dapat dilakukan karena masalah penting di dalam konseling, selain teknik komunikasi dan pemberian informasi, juga isi dari informasi yang akan disampiakan. Seharusnya semua petugas dan staf klinik dapat mengerti tentang pengetahuan dan tindakan klinik dalam kesehatan maternal dan berbagai resiko/komplikasi yang mungkin timbul.
Pada dasarnya, konseling merupakan bentuk kepedulian petugas kesehatan masalah dan upaya untuk menyelesaikan masalah tersebut.
2.1.5 Langkah-Langkah Dalam Memberikan Konseling
Gallen dan Leitenmaier (1987) memberikan akronim yang dapat dijadikan panduan bagi konselor untuk melakukan konseling. Akronim tersebut adalah GATHER yang merupakan singkatan dari :
G – Greet
Memberi salam, mengenalkan diri dan membuka komunikasi.
A- Ask/Asses
Menanyakan keluhan/kebutuhan pasien dan menilai apakah keluhan/keinginan yang disampaikan memang sesuai dengan kondisi yang dihadapi.
T- Tell
Beritahu bahwa persoalan pokok yang dihadapi oleh pasien adalah seperti yang tercermin dari hasil tukar informasi dan harus dicarikan upaya penyelesaian masalah tersebut.
H- Help
Bantu klien untuk memahami masalah itu yang harus diselesaikan. Jelaskan beberapa cara yang dapat menyelesaikan masalah tersebut termasuk dampak dari masalah tersebut.
E- Explain
Jelaskan bahwa alternatif yang diberikan dan hasil yang diharapkan mungkin dapat segera terlihat atau diobservasi beberapa saat hingga menampakkan hasil seperti yang diharapkan. Jelaskan pula siapa dan dimana pertolongan lanjutan atau darurat dapat diperoleh.
R- Refer dan Return Visit
Rujuk apabila di fasilitas ini tidak dapat memberikan pelayanan yang sesuai atau buat jadwal kunjungan ulang apabila pelayanan terpilih telah diberikan.
Serangkaian kegiatan paling pokok bimbingan dalam usaha memberi konseling/klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan/masalah khusus (Andi Mapiere,1994)
2.1.2 Tujuan Konseling
2.1.2.1. Membantu penderita untuk memahami peristiwa kehamilan, persalinan, nifas dan resiko yang mungkin dihadapi sehingga dapat dilakukan upaya preventif terhadap hal-hal yang tidak diinginkan
2.1.2.2. Membantu penderita dan keluarganya menentukan asuhan kehamilan, pertolongan persalinan yang bersih dan aman atau tindakan klinik yang mungkin diperlukan.
2.1.2.3. Membantu klien untuk mengenali gejala/tanda-tanda tentang akan terjadinya suatu resiko reproduksi dan fasilitas pelayanan kesehatan yang sesuai/mampu untuk menanggulangi berbagai resiko/komplikasi yang terjadi.
2.1.3 Ciri Konselor Yang Efektif
Kemampuan untuk melaksanakan komunikasi positif secara efektif merupakan syarat bagi seorang konselor. Ciri konselor yang efektif adalah :
2.1.3.1. Mampu menciptakan suasana nyaman dan aman bagi klien.
2.1.3.2. Menimbulkan rasa saling percaya diantara klien dan konselor.
2.1.3.3. Mampu mengenali hambatan sosio kultural setempat.
2.1.3.4. Mampu menyampaikan informasi obyektif, lengkap dan jelas (bahasa yang mudah dimengerti).
2.1.3.5. Mau mendengar aktif dan bertanya secara efektif dan sopan.
2.1.3.6. Memahami dan mampu menjelaskan berbagai aspek kesehatan reproduksi.
2.1.3.7. Mampu mengenali keinginan klien dan keterbatasan penolong.
2.1.3.8. Membuat klien bertanya, berbicara dan mengeluarkan pendapat.
2.1.3.9. Menghormati hak klien, membantu dan memperhatikan.
2.1.4 Pengertian Komunikasi.
Adalah suatu proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku secara keseluruhan baik secara langsung dengan lisan maupun tidak langsung melalui media ( Harwani, 2002 : 6).
Dari aspek pengungkapan dan pertukaran informasi, komunikasi digolongkan menjadi 2 bentuk, yaitu :
2.1.4.1. Komunikasi Verbal
a. Pertukaran informasi terjadi secara interaktif mendengarkan lawan bicara atau sebaliknya.
b. Kontak mata sangat membantu kelancaran komunikasi.
c. Pengamatan bahasa dan gaya bicara.
d. Berlangsung dua arah atau timbal balik.
e. Pemahaman dan penyerapan informasi berlangsung relatif cepat dan baik.
2.1.4.2. Komunikasi Non-Verbal
a. Melalui observasi dari gerak-gerik, ekspresi gerak tubuh dan isyarat.
b. Sulit untuk menyelami maksud dan perasaan klien
c. Sering terjadi salah persepsi.
d. Konselor lebih banyak mengambil inisiatif.
e. Komunikasi terganggu apabila kedua belah pihak tidak mengupayakan komunikasi verbal.
Walaupun petugas pelayanan kesehatan (konselor) belum mengikuti pelatihan keterampilan konseling, bukan berarti proses ini tidak dapat dilakukan karena masalah penting di dalam konseling, selain teknik komunikasi dan pemberian informasi, juga isi dari informasi yang akan disampiakan. Seharusnya semua petugas dan staf klinik dapat mengerti tentang pengetahuan dan tindakan klinik dalam kesehatan maternal dan berbagai resiko/komplikasi yang mungkin timbul.
Pada dasarnya, konseling merupakan bentuk kepedulian petugas kesehatan masalah dan upaya untuk menyelesaikan masalah tersebut.
2.1.5 Langkah-Langkah Dalam Memberikan Konseling
Gallen dan Leitenmaier (1987) memberikan akronim yang dapat dijadikan panduan bagi konselor untuk melakukan konseling. Akronim tersebut adalah GATHER yang merupakan singkatan dari :
G – Greet
Memberi salam, mengenalkan diri dan membuka komunikasi.
A- Ask/Asses
Menanyakan keluhan/kebutuhan pasien dan menilai apakah keluhan/keinginan yang disampaikan memang sesuai dengan kondisi yang dihadapi.
T- Tell
Beritahu bahwa persoalan pokok yang dihadapi oleh pasien adalah seperti yang tercermin dari hasil tukar informasi dan harus dicarikan upaya penyelesaian masalah tersebut.
H- Help
Bantu klien untuk memahami masalah itu yang harus diselesaikan. Jelaskan beberapa cara yang dapat menyelesaikan masalah tersebut termasuk dampak dari masalah tersebut.
E- Explain
Jelaskan bahwa alternatif yang diberikan dan hasil yang diharapkan mungkin dapat segera terlihat atau diobservasi beberapa saat hingga menampakkan hasil seperti yang diharapkan. Jelaskan pula siapa dan dimana pertolongan lanjutan atau darurat dapat diperoleh.
R- Refer dan Return Visit
Rujuk apabila di fasilitas ini tidak dapat memberikan pelayanan yang sesuai atau buat jadwal kunjungan ulang apabila pelayanan terpilih telah diberikan.
Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.155
untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Post a Comment